Instagram

Friday, December 27, 2013

Setelah cukup puas menikmati ranu kumbolo dari puncak tanjakan cinta akhirnya kami jalan lagi menuju oro-oro ombo. Untuk menuju oro-oro ombo terdapat dua jalur. Jalur yang pertama langsung turun ke oro-oro ombo tapi dengan turunan yang sangat terjal dan licin sedangkan jalur kedua menyisiri punggungan bukit dengan jalanan yang sangat landai. Gue memilih jalur yang kedua. Selain alasan oro-oro ombo saat itu sedang tidak meng-ungu pilih jalur yang kedua untuk menghindari kepeleset dijalur menurun yang terjal tadi. 

Oro-oro ombo ke cemoro kandang cukup cepat kami lalui hanya 15 menit. Sampai di cemoro kandang kami beristirahat sejenak di tengah guyuran hujan yang sangat deras ini. Di Cemoro Kandang kami beristirahat cukup lama. Setelah tenaga pulih kami melanjutkan perjalanan menuju jambangan. Ternyata perjalanan menuju jambangan tidak mudah. Tanjakan yang seakan tiada habisnya harus kami lalui ditengah guyuran hujan dan barang bawaan kami yang berat. Gue sempet menyebut cemoro kandang ini 'Tanjakan Tiada Maaf'. lol 
Setelah melalui tanjakan tiada maaf tersebut akhirnya kami sampai di jambangan. Jambangan ini berupa savana yang cukup luas. Jalur menuju kalimati pun cukup landai dari jambangan. Sehingga dari jambangan kami tak beristirahat dan langsung menuju kalimati. Akhirnya kami sampai di kalimati pukul 13:30. Kurang lebih 3,5 jam kami jalan dari ranukumbolo untuk menuju kalimati. Entah jam tangan kami rusak atau memang waktu tempuh kami yang singkat. Padahal perjalanan normal ranukumbolo-kalimati 3-5 jam. 

Kalimati

Setelah mencari tempat yang cocok untuk mendirikan tenda maka kami bergegas mendirikan tenda di tengah guyuran hujan dan setelah tenda berdiri gue langsung ganti baju kering agar tidak kedinginan dan langsung membuat kopi dari sisa air yang kami bawa. Sementara gue ngrebus air, syariv dan ronny menuju ke sumber mani untuk mengisi persediaan air untuk masak dan summit attack nanti malam.

Gue dan mba yosi kembali bergelut dengan kompor dan api siang itu. Setelah makan kami berunding untuk summit attack nantinya. Akhirnya kami sepakat untuk melakukan summit attack pukul 23:00 dengan tujuan semua bisa sampai di Mahameru. Setelah berdoa bersama agar cuaca mendukung. Pukul 17:00 kami masuk ke tenda untuk istirahat.

Pukul 20:30 gue terbangun dari tidur gue yang gak nyenyak dan berfikir tentang apa yg mimpiin tadi. Pukul 21:00 alarm dari hp mba yosi bunyi dan mba yosi pun bangun untuk mematikan alarm itu. Gue coba bangunin mba yosi dan mas sigit. Tapi jawaban apa yang gue dapat? Cuma gerakan kaki dari mereka berdua semakin meringkuk karena dingin. Melihat itu gue jadi pengen tidur juga. Akhirnya gue tidur lagi dan ditengah tidur gue mas sigit bangunin gue. "Ham gak jadi summit? Udah jam 11 nih." Mata gue langsung terbuka lebar dan dengan cepat gue lepasin sleeping bag dan bergerak keluar tenda. Jam 11 malam itu masih gerimis. Gue langsung ambil kompor dan gas untuk rebus air dan masak mie untuk isi perut buat summit. 

24 Desember 2013
Setelah makan seadanya kami bersiap untuk summit. Kami cuma bawa 1 daypack dengan isi 3,7 L air minum untuk kami ber tujuh dan cemilan untuk perjalanan. Tepat pukul 00:30 kami berangkat dari kalimati menuju arcopodo. Perjalanan menuju arcopodo terbilang berat. Tanjakan tiada henti disuguhkan ditengah malam nan gelap ini. Bermodal semangat dan headlamp kami menyusuri lebatnya hutan arcopodo. 

Pukul 01:40 kami sampai di arcopodo dan menyempatkan diri untuk istirahat dan ngemil. Tenaga terkuras habis karena tanjakan di arcopodo, ditambah banyaknya memoriam di sana membuat hati ini semakin ciut. "Apa gue bisa sampek puncak? Apa gue bisa?" Pertanyaan itu menyelimuti pikiran gue hingga kelik. 

Sampai di batas vegetasi goza terlihat kelelahan. Sedangkan kami berenam masih cukup punya tenaga untuk terus maju. Akhirnya kuputuskan mereka berlima untuk jalan duluan sedangkan aku akan menemani goza di belakang. Mereka berlima jalan didepan dengan ronny sebagai leader. Gue dengan setia berjalan di depan goza terlebih dahulu dan beristirahat kalau jarak kami sudah jauh. Duduk memandang ke bawah sambil menunggu goza datang di tempat gue. Gue cuma bisa bilang dalam hati "Tuhan betapa besarnya dirimu bisa menciptakan keindahan sedemikian lengkapnya" Gue memandang kota malang yang seperti lautan lampion dari lautan pasir ini.

Goza semakin lama semakin drop. Dia kesusahan atur nafas dan dia mengeluh sakit kepala. Gue sudah berfikir gue akan gagal sampai puncak kalau situasi seperti ini. Mahameru impian gue. Akhirnya dengan sekuat tenaga gw jalan lagi, goza semakin jauh tertinggal. Dia berteriak untuk nungguin dia. Tapi gue tetap jalan dan gue teriak balik "Za kalo udah gak kuat berhenti aja cari batu untuk berlindung dan minta logistik ke orang yang udah turun" 

Gue terus maju dan goza semakin jauh tertinggal. Gue tau keputusan yang gue ambil ini sangat berbahaya dan terlalu beresiko. Meninggalkan teman gue seorang diri di tengah pasir dengan angin yang sangat kencang ini. Tapi gue gak mau impian gue gagal. GUE GAK MAU BAWA HUTANG PULANG KARENA GAK SAMPEK PUNCAK. Gue tau gue egois kawan, gue tau ini bahaya tapi gue pengen ke puncak. Maafkan aku kawan.


Tanjakan pasir itu

Aku terus maju perlahan dengen sesekali istirahat. naik 10-15 langkah istirahat 5 menit. Sempet gue tertidur dalam istirahat gue. Mata gue bener-bener gak bisa diajak kompromi saat itu. Gw bener-bener lelah, capek, ngantuk, dingin. Tapi impian gue untuk sampai di puncak terus berkobar dalam hati. Akhirnya gue maju lagi. Gue ngerasa gue jalan udah cukup jauh dan lama tapi tanda-tanda puncak belum juga terlihat. 

Langitpun berangsung-angsur terang. Gue semakin males liat jalanan pasir yang masih panjang itu. Gue sempet berfikir 1 jam lagi gak sampek puncak gue turun. Gue gak kuat gue capek. Saat gue naik udah ada beberapa pendaki yang turun. Gue tanya ke mereka apa puncak masih jauh, mereka bilang setengah jam lagi, 15 menit lagi, 10 menit lagi, 45 menit lagi. Gak ada yang sama. Dan gue menganggap itu cuma harapan palsu yang mereka lontarkan agar gue tetep optimis. 

Beberapa langkah gue maju kedepan gue ketemue dengan syariv, daus dan ronny yang telah berhasil sampai puncak dan bergegas turun. Gue tanya ke mereka puncak masih jauh gak? Mereka bertiga bilang "Sumpah puncak udah deket, 15 menit lagi. Jangan nyerah, dikit lagi ham, ayo". Akhirnya gue percaya kata-kata mereka bertiga yang juga temen kelompok gue. Semangat gue timbul lagi dan gue melangkah lagi. Benar saja 5 menit gue jalan ke atas udah pasir landai terus berbelok sedikit ke kiri lalu beberapa tanjakan dari batu-batu besar menghiasi perjalanan itu dan akhirnya mahameru. 

Benar saja MAHAMERU ada didepan mata gue. Gue diam sesaat dan bertanya ke pendaki yang sedang berdiri disitu. "Mas puncak mana?" tanyaku, "Jalan dikit kesana mas yang ada bendera itu Mahameru. Tunggu aja bentar mas masih kabut, abis ini kabutnya ilang" katanya. Dengan sisa tenaga gue berjalan menuju tiang bendera merah putih disana dan tepat dibawah bendera merah putih itu gue lepaskan syal yang gue kenakan langsung gue syujud syukur di mahameru. Sejenak gue menangis, gue gak nyangka bisa menginjakkan kaki disini.
3676 MDPL

Buat Ibu, Ibu, Ibu dan Ayah Tercinta

Berfoto-foto dan menikmati pemandangan dari atas sini memang tak ada duanya. Keindahan yang Allah ciptakan sungguh lengkap. Gue liat jam di hp gue menunjukkan pukul 7:09. Ya pukul 7:09 gw berada di Mahameru. Gak sampai 30 menit gue di atas gue udah ngerasa kedinginan, karena memang pagi itu angin berhembus begitu kencangnya. 

Pukul 07:30 gue turun dan berharap gue masih berjumpa dengan goza yang gue tinggalin tadi. Alhamdulillah di tengah-tengah tanjakan pasir ini 6 teman kelompok gue nungguin gue untuk bareng2 menuju kalimati. Dalam hati gue cuma bersyukur "Alhamdulillah ya Allah walau kami ber7 gak bisa bersamaan di Puncak tapi kami semua selamat"

Narsis di tengah tanjakan pasir

Di tengah tanjakan pasir ini kami bercanda tawa ditengah kelelahan yang kami rasakan. Setapak demi setapak kami mulai meninggalkan lautan pasir dan menuju arcopodo. Di tengah perjalanan menuju arcopodo kaki gue collapse. Gue berjalan paling belakang ditemani mba yosi sementara mas sigit menjadi leader. Gue bilang ke mas sigit untuk jalan duluan ke kalimati sementara gue dan mba yosi ntar nyusul.

Di arcopodo gue sempet mengurut kaki gue yang collapse dan akhirnya kaki gue udah gak sakit lagi. Tapi cedera lainnya muncul. Jempol gue sakit mungkin karena kemasukan lumpur sepanjang perjalanan kemarin. Gue jalan sangat pelan karena jempol sakit ternyata mba yosi pun juga demikian. Akhirnya kami berdua jalan sangat pelan. Di tengah perjalanan mba yosi meminta istirahat 10 menit. Dengan santainya aku jawab "20 menit juga gaapa mba aku mau tidur dulu". Gue rebahin badan gue dan zzzzzzzzzz gue tidur pulas di tengah hutan arcopodo. Entah berapa lama gue tidur tiba-tiba mba yosi bangunin gue. Ham yuk jalan lagi. Gw dengan mata yang ngantuk bilang iya mba. Mba yosi mulai jalan perlahan tapi gue masih rebah di tanah dan tertidur lagi. Mba yosi yang udah mulai jauh dari tempat gue rebah ngomong "Ham ayok jangan tidur lagi". Gue pun langsung sadar dan bangun dan kembali menuju kalimati.

Pukul 10:30 gue dan mba yosi sampai di kalimati. Ganti baju rebus air dan masak. Setelah semua beres mba yosi pamit untuk tidur sementara keenam lelaki bercengkrama dan main kartu dalam tenda. Waktu udah menunjukkan pukul 14:00 dan kami bergegas packing untuk kembali ke ranukumbolo. Setelah semua usai kami langsung menuju ranukumbolo. Pukul 15:30 kami mulai berjalan dari kalimati. 

Packing kembali ke Ranukumbolo
 
Bawalah sampahmu turun
Pelan tapi pasti kami berjalan. Pukul 18:30 kami telah sampai di ranukumbolo dan langsung mendirikan tenda dan memulai ritual masak-masak lagi untuk mengisi perut yang udah kosong.

Setelah masak, dan bercengkrama kami semua merasakan kantuk yang mendalam dan ingin segera tertidur. Pukul 22:00 kami tertidur.

25 Desember 2013
06:00 gue terbangun dari tidur panjang gue yang sangat pulas. Gue buka tenda dan keindahan ranukumbolo sekali lagi membuat gue terdiam. Lagi-lagi ibu-ibu jualan gorengan membuyarkan lamunan gue. 
Seketika gue panggil ibu penjual gorengan itu dan langsung mensabotase gorengannya gue bawa ke dalem tenda. Gue mas sigit dan mba yosi langsung melahap beberapa gorengan sebagai pengisi perut. Setelah makan gorengan gue pun beranjak keluar dari tenda untuk mengambil peralatan masak yang belum dicuci dari semalem. Gw langsung menuju ke pinggir danau untuk mencuci peralatan masak itu dan mengambil air untuk masak.

Masak Besar
Pagi itu kembali gue dan mba yosi jadi juru masak. Masakan pagi ini bener-bener makan besar. Kami masak semua logistik yang tersisa biar gak tas kami gak berat pas turun. Menu kami pagi ini, Nasi putih, Nasi goreng, Omelet, Sarden, Mie rebus, Sosis + pilus. Dan kami bertujuh pun gak sanggup menghabiskan semuanya. Setelah makan kami berjalan-jalan disekitar danau menikmati indahnya ranukumbolo pagi itu. Setelah puas kami kembali ke tenda dan bersiap packing untuk pulang.

Pukul 12:00 kami meninggalkan ranukumbolo. Perjalanan pulang kami terasa ringan walaupun langkah kami tak cepat karena faktor lelah dan jalanan yang licin. Pelan tapi pasti kami sampai di pos 4, pos 3, Watu Rejeng, Pos 2. Di tengah perjalanan pos 2 menuju pos 1 kami bertemu bapak-bapak yang mendaki bersama anaknya. Bapak itu menyalami kami semua ber-7. Kami tak tau apa maksud dari beliau. (setelah gue sampai dirumah gue baru tau kalau bapak ini meninggal tgl 25 des 2013 di watu rejeng berarti beberapa meter setelah salaman sama kelompok gue

Di pos 1 kami berhenti cukup lama, kami sempat membeli kopi dari penjual yang ada di Pos 1 ini. Syariv, mba yosi dan ronny udah sibuk dengan Handphone mereka masing-masing yang katanya udah dapet signal. Setelah cukup lama kami istirahat kami melanjutkan perjalanan menuju ranupani dan tepat pukul 16:00 kami telah sampai di gerbang selamat datang. Kami bebersih diri di sungai kecil yang ada disana dan setelah itu bernarsis ria. 

Setelah puas bernarsis ria kami kembali ke pos ranupani, gue lapor dan nyerahin sampah kami. Gue dan syariv nyari jeep untuk kembali ke tumpang. Akhirnya kami dapat jeep kapasitas 15 orang dengan biaya 35.000 per orang. Tapi kelompok gue cuma 7 jadi harus nyari 8 orang lagi. Gue serahin ke mas sigit untuk nyari tambahan orang sementara gue langsung menuju warung untuk makan nasi pecel. (sejak turun dari mahameru gue ngidam pecel, soto, bakso). Setelah makan dan membeli oleh-oleh gue samperin mas sigit dan ternyata udah dapet 12 orang. Langsung bisa berangkat tapi biaya jadi 40.000 per orang. Oke deh gue bilang langsung jalan aja. 

Akhirnya kita menuju ke tumpang lewat jalur menanjak yang ada di depan pos. Bukan menyisiri ranupani. Jalanan disebelah ranupani longsor dan gak bisa dilalui kendaraan. Walaupun jalanan yang kami lalui ini cukup menanjak dan cukup jelek tapi view dari sini sangat indah. Sebelah kiri terlihat mahameru yang berdiri dengan gagahnya sedangkan sebelah kanan terpampang danau indah ranupani. 

Ranupani


Akhirnya kami sampai tumpang sekitar pukul 20:00 dan kami bertujuh makan di depan alfamart tumpang. Setelah makan kami mencarter angkot untuk menuju ke kota malang dengan tarif 125.000 untuk satu angkot. Setelah sampai di Malang kami berpisah dan menuju kota masing-masing.


Dan terakhir…
Selamat tinggal Mahameru, suatu hari nanti gue ingin kembali lagi ke sini untuk tertidur di pelukan ranu kumbolo, untuk melihat indahnya lautan lavender nan ungu, dan untuk kembali menjejakkan kaki-kaki ini di pasir-pasirmu yang terjal, hingga aku dapat menggapai kembali puncakmu dan berdiri di atas sana.

Terima kasih Tuhan atas alam Mu yang indah ini
Terima kasih Tuhan atas semangat yang engkau berikan
Lewat para pendaki itu
Hingga aku dapat mencapai Puncak Tertinggi di Jawa ini
Terima kasih Tuhan atas segala penjagaanMu
Hingga aku  kembali ke tempat nyaman ku
Dan menuliskan kisah ini
Dan Terima Kasih Tuhan
Atas Indonesiaku ini.