Instagram

Wednesday, March 5, 2014

Lagi-lagi trip ini masih lanjutan dari Lembah harau. Jadi kalau kalau bingung baca aja trip sebelumnya.


Sekitar pukul 10:45 gue udah meninggalkan harau dan menuju ke batusangkar. Perjalanan ke batusangkar sebenarnya cukup dekat namun jalan poros payakumbuh-batusangkar sangatlah sempit. Mungkin seperti jalanan pedesaan yang sudah diaspal hanya muat untuk 2 mobil.

Tapi view sepanjang perjalanan cukup memanjakan mata. Sekitar pukul 11:30 gue sudah sampai di Kota Batusangkar dan dari sini jarak ke Istana Basa Pagaruyung sekitar 4 km lagi. Sekitar pukul 11:45 gue sampai di pagaruyung tapi gue belum juga nemuin istananya. Akhirnya gue singgah di suatu rumah makan untuk mengisi perut gue yang mulai minta jatahnya.

Setelah makan siang gue lanjut perjalanan lagi dan ternyata dari rumah makan tadi kurang 500m untuk menuju istana pagaruyung. Setelah markirin motor dan nitipin keril gede gue akhirnya gue masuk ke Istana dengan biaya masuk 7.000 untuk wisatawan domestik.
Gapura dan loket Pagaruyung

Setelah memasuki gapura gue terkagum-kagum atas kemegahan rumah gadang ini. Wisatawan yang berkunjung hari itu lumayan ramai baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Setelah berfoto-foto di luar gue masuk ke dalam istana dan mengisi buku tamu disana. 
Istana Pagaruyung

Istana ini terdiri dari 3 lantai. Lantai pertama dengan jumlah ruangan 7 yang diperuntukkan anak perempuan yang sudah menikah. Lantai dua diperuntukkan untuk anak perempuan yang belum menikah dan Lantai 3 merupakan tempat raja untuk mencari ide, mengatur strategi perang dan juga benteng pertahanan terakhir dari seorang raja.
Lantai 1
View Lantai 1 dari Lantai 2
Lantai 2
Kamar di Lantai 2
Lantai 3
Gue pun menuju ke bagain belakang rumah ini dan disana terdapat 2 ruangan yaitu ruang dapur dan ruang dayang. Di ruang dapur terdapat satu penjaga bernama Pak Suharmen. Gue banyak berbincang dengan beliau mengenai minang dan dari beliaulah gue sedikit mengerti kebudayaan minang itu seperti apa.
Ruang Dayang

Dapur

Tempat Masak
Sekitar 2 jam gue berbincang dengan pak Suharmen ini. Beliau menjelaskan banyak tentang istana ini maupun suku Minangkabau. Istana ini dulunya dibangun oleh seorang tim ahli yang gue lupa namanya siapa. hehehe Yang gue inget kata pak suharmen makam dari beliau itu cukup terkenal dengan sebutan kuburan panjang. Kata pak suharmen pembangunan jam gadang tidak menggunakan arsitek karena kalau arsiktek mendesain rumah gadang bisa-bisa otaknya miring karena dalam rumah gadang semuanya miring. 

Dan memang benar dari 72 tiang penyangga yang ada di istana ini tak ada satupun yang lurus. Semua miring. Bahkan dari ke 72 tiang itu ada 2 tiang yang tidak napak di tanah. Istana Pagaruyung ini disebut juga Gajah Duduk yang hanya ada 1 Sumatera Barat. Ini merupakan istana dari Raja. Sedangkan rumah gadang yang untuk umat itu disebut Gajah Maram (Gajah Tidur)

Coba kalau ke Istana ini sempatkan diri melihat istana ini dari sisi kiri maupun kanan dan memang bentuknya seperti Gajah yang sedang duduk. Dalam kebudayaan minang terdapat kurang lebih 121 ukiran. Ukiran-ukiran itu mempunyai arti, nama dan peletakannya sendiri. Tapi setiap ukiran suku minang semuanya bercermin kepada alam. Karena suku minang menganggap "pada alamlan kita seharusnya belajar".

Dan masih banyak lagi penjelasan tentang suku minang yang dituturkan oleh pah suherman kepada saya. Saking baiknya bapak ini sampek ia menjelaskan rute dari pagaruyung ke sawahlunto dengan potong jalan. Ya sawahlunto memang destinasi saya setelah ini.

Sekitar pukul 14:45 saya meninggalkan Istana Basa Pagaruyung dan berlanjut ke Sawahlunto.

Saya dan Pagaruyung
Berlanjut ke Sawahlunto